Berdasarkan cerita rakyat (legenda) Desa Tenjolayar mempunyai
rangkaian sejarah dengan beberapa desa lain di sekitarnya, seperti Desa Manjeti dan Cigasong. Daerah ini diperkirakan zaman dahulu merupakan bagian dari kawasan yang dekat dengan Laut Jawa.
Menurut keterangan Aki Emon (sesepuh), zaman dahulu ada dua orang Kiyai bersaudara asal Cirebon bernama Embah Karsijah dan Embah Kawung Poek. Kedua orang ini tidak rukun dalam kehidupannya, apalagi Kawung Poek mempunyai sifat tamak akan kekuasaan. Berdasarkan kejadian tersebut, Embah Karsijah minta tolong kepada Embah Karim saudara mereka. Sehingga persengketaan dapat diselesaikan oleh Kiyai Karim dengan keputusan, bahwa daerah kekuasaan dibagi menjadi dua, yaitu:
Asal kata Tenjolayar sendiri terdiri dari dua suku kata yakni Tenjoyang berarti melihat dan Layar yang berarti layar perahu. Menurut keterangan masyarakat kata Tenjolayar berarti melihat layar, arti ini dapat dibuktikan dengan adanya suatu tempat di Tenjolayar yang bernama Pesanggrahan. Konon temapat tersebut adalah tempat istirahat Ratu Majalengka. dari tempat ini kita dapat melihat ke arah pantai Cirebon.
Sejak itu terpilih nama-nama Kepala Desa Tenjolayar:
Menurut keterangan Aki Emon (sesepuh), zaman dahulu ada dua orang Kiyai bersaudara asal Cirebon bernama Embah Karsijah dan Embah Kawung Poek. Kedua orang ini tidak rukun dalam kehidupannya, apalagi Kawung Poek mempunyai sifat tamak akan kekuasaan. Berdasarkan kejadian tersebut, Embah Karsijah minta tolong kepada Embah Karim saudara mereka. Sehingga persengketaan dapat diselesaikan oleh Kiyai Karim dengan keputusan, bahwa daerah kekuasaan dibagi menjadi dua, yaitu:
- Daerah sebelah timur (sekarang Desa Tenjolayar) dikuasai oleh Embah Karsijah.
- Sebagian besar wilayah Cigasong dikuasai oleh Embah Kawung Poek.
Asal kata Tenjolayar sendiri terdiri dari dua suku kata yakni Tenjoyang berarti melihat dan Layar yang berarti layar perahu. Menurut keterangan masyarakat kata Tenjolayar berarti melihat layar, arti ini dapat dibuktikan dengan adanya suatu tempat di Tenjolayar yang bernama Pesanggrahan. Konon temapat tersebut adalah tempat istirahat Ratu Majalengka. dari tempat ini kita dapat melihat ke arah pantai Cirebon.
Sejak itu terpilih nama-nama Kepala Desa Tenjolayar:
- Idun (1906-1912),
- Satim (1913-1917),
- A. Wiraatmaja (1918-1923),
- Raksadisastra (1924-1932),
- Sacadiwangsa (1933-1935),
- Wiramuskani (1936-1946),
- E. Suntama (1946-1948),
- Mulya Marhasan (1948-1949),
- Rukina, setengah tahun
- Mulya Marhasan (1949-1952),
- Padmawikarta (1952-1961),
- Usman Warto (1962-1975),
- Suhadi (1976-1977),
- Usman Warto (1978-1988),
- Suhada (1990-1991(PJS) dan 1991-1999),
- M. Sahiri (1999-2000 (PJS)), serta,
- Jaja Suparja (2000-2010)
- Hj. Siti Nurhasanah (2010 - sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar